Taman ramai sekali. Perjalanan ke kota menempuh waktu satu jam lamanya. Selama perjalanan, kamu sama sekali tidak melepaskan genggamanku.
Suara riuh taman sudah terdengar dari beberapa meter jauhnya. Tiba-tiba kamu berhenti dari jalanmu yang terbata-bata, lalu melepaskan genggaman tanganku. Pelan-pelan kau meraba gurat wajahku.
"Abhi, sebelum sampai di taman, aku punya satu pertanyaan," kamu menghela napas, "hidup itu.. seindah bayanganku, 'kan? Punya banyak warna?" kamu bertanya dengan intonasi meluap-luap. Ribuan kupu-kupu seolah sedang dimuntahkan bersamaan dengan pertanyaanmu. Aku terdiam, dan kamu menunggu dengan senyum yang tak hilang dari bibirmu.
"Ya, hidup itu seindah bayanganmu. Cantik dan warna-warni." jawabku akhirnya.
Kamu tersenyum lebar, kemudian meraih tanganku. "Ayo, kita jalan ke taman lagi."
Kita melangkah lagi. Aku tersenyum. Aku pengidap achromatopsia, sehingga hanya hitam-putih warna yang dapat ku kenali. Namun kupikir, aku selalu dapat merasakan keindahan hidup lewat genggaman tanganmu. Meskipun aku juga sama tidak tahunya mengenai warna-warna dalam kehidupan, aku tetap ingin mengunci harapan-harapan itu dalam kepalamu. Ya, kamu benar, sayang. Hidup yang kita kenal indah sekali. Dan hanya hal-hal seperti itu yang kuingin kamu tahu. Sebab kita berdua akan hidup dengan harapan-harapan dalam kepalamu.
Kita berdua dapat bertahan lewat harapan-harapan dalam kepalamu.