Suara-suara dalam kepalaku berisik sekali. Aku rasa mereka telah menikah, berkeluarga, beranak-pinak, lalu mendirikan kota dalam kepalaku. Seringkali aku mendengar suara klakson kendaraan bersahut-sahutan, suara berisik kendaraan dan kerlap-kerlip lampu kota yang hampir membutakan mataku. Hari ini, suara-suara dalam kepalaku mengajakku berkumpul di ruang tamu rumah mereka. Ada hal penting yang harus dibicarakan, katanya. Mereka bilang, aku harus menulis sesuatu tentang kamu sebelum waktu terlalu lelah menampung kegilaanku dan aku melupakanmu begitu saja. Jadi mari kita mulai menulis meski aku tidak tahu harus mulai darimana. Kunci gembok memori tentangmu kutinggalkan di warung yang menjual bebek goreng tempat terakhir kita bertemu. Yah.. itu artinya aku harus menghabiskan 2 jam menelusuri laman youtube dengan kata kunci 'Cara Membuka Gembok dengan Paksa'.
Baik, aku berhasil membuka gemboknya. Jangan tanya dengan cara apa, karena aku sedang menulis tentangmu, bukan tentang cara-cara membuka gembok. Mari kita mulai dengan pertanyaan pertama: Mengapa aku menyukaimu? Aku menerima pertanyaan itu berkali-kali, namun hingga tulisan ini diciptakan aku tidak benar-benar tahu alasannya. Bersamamu, aku merasa berada di tengah taman yang luas dengan bermacam-macam bunga. Langit sedang cerah, angin berhembus pelan, kemudian aku akan melukis di bawah pohon rindang. Keberadaanmu membuatku dapat melukis dengan baik meski itu kali pertama aku memegang kuas dan kanvas. Sensasi itu membuatku ingin terus mencoba melakukan hal-hal baru; melukis, menjahit, bercocok tanam, mengelilingi Kota Bandung. Sebab denganmu aku punya kesempatan-kesempatan itu. Kamu membuat jalanku lebih terang, dan aku bisa melewati jalan itu dengan tertawa senang.
Dalam perjalanan ke taman itu, kamu akan memakai kacamatamu, lengkap dengan topi dan masker meskipun kita berada dalam mobil. "Kacanya belum diganti," katamu. Sepanjang perjalanan kamu akan sering mengomel, memarahi pengendara yang kau anggap tidak mengemudi dengan benar meskipun kita sama-sama tahu mereka tidak akan dengar (kamu bahkan tidak melepas maskermu!). Kamu suka sekali mengomel jika aku tidak bisa membaca googlemaps dengan baik, padahal di setiap tikungan kamu tidak berhenti bertanya, "berapa meter lagi?". Ketika kamu sudah mulai mengenali jalan, kamu akan bertanya bagaimana kuliahku yang akan kujawab dengan: "Pusing. Ribet." karena permasalahan kartu rencana studiku yang tak usai-usai. Aku suka sekali memandang wajahmu yang sedang fokus menyetir, hingga kamu menoleh risi dan bertanya kenapa, yang kujawab dengan senyum lebar saja. Aku akan disibukkan dengan pikiran mengapa, sebab bahkan ketika kita sama-sama diam saja aku tidak keberatan dan tetap merasa senang. Aku tidak perlu berpikir keras bagaimana harus membuka topik obrolan baru, karena aku bisa mengganggumu hanya dengan menatapmu saja atau tersenyum sering sekali sampai kau tidak tahan bertanya, "Kenapa senyum terus?". Pertanyaan yang tidak kumengerti, karena tersenyum saat berada di sampingmu tidak membutuhkan alasan. Keberadaanmu sudah cukup memicu serotonin dan dopamin dalam tubuhku hingga aku tidak tahan untuk tidak tersenyum. Cukup masuk akal, bukan?
Mobil kuning itu akan dipenuhi lagu-lagu dari spotify-mu, dengan selingan kita bernyanyi di tiap larik yang kita hafal. Tidak istimewa dan biasa saja, kita tidak membicarakan bagaimana alam semesta bekerja atau berapa harga outfitmu? Percakapan biasa-biasa saja yang membuatku bertanya-tanya mengapa yang begitu saja aku menyukainya. Hingga sekarang aku dapat mengingat detil-detil yang kita bicarakan. Di kota Solo yang kecil, hal ini membuat aku marah, karena aku selalu hafal momen yang kita lewati di sudut-sudut jalan yang kita lalui. Pernah sekali, kamu membicarakan pengemudi mobil di belakang kita yang aneh sambil memperingatkanku untuk tidak menoleh ke belakang (yang akhirnya tetap kulakukan karena refleks). Kemudian kamu akan mengomel (lagi), dan bilang, "Kan udah kubilang, kacanya belum kuganti." Aku tertawa. Siapa peduli?
Banyak sekali hal-hal yang kupikir membuatku menyukaimu, meski hal-hal yang tidak kusukai juga banyak—seperti contohnya leluconmu yang tidak lucu dan membuatku memutar bola mataku, pertanyaan-pertanyaanmu yang kebanyakan menyudutkanku, juga caramu yang perlahan menghilang dan pergi. Aku juga tidak suka caramu mengatakan secara tidak langsung bahwa aku tidak semenarik yang kamu kira, dan caramu yang mengatakan kalau aku tidak cukup baik untuk membuatmu tinggal. Kupikir, saat itu, suara-suara dalam kepalaku mungkin sedang menikmati kisahku seperti menonton film. Mungkin di dalam sana mereka membuka layar tancap dan bersama-sama menertawai kebodohanku. Sebuah tontonan menarik tentang perempuan yang dicampakkan oleh jenis manusia yang ia berpikir tak akan pernah bisa mencampakkannya.
Temanku bilang, mungkin sebelum terlahir pada kehidupan ini dulunya aku pernah melakukan kesalahan besar hingga semesta mengutukku dengan tidak membuatmu bersamaku. Aku mulai memikirkan kemungkinan itu, sepertinya dulu aku pemimpin pemberontakan yang menghilangkan ratusan nyawa. Atas dosa besar itu semesta membuat kehidupanku sekarang menjadi gadis menyedihkan yang menghamba afeksi seseorang. Atau mungkin dulunya aku pengkhianat yang diam-diam menaruh racun di minuman Sang Putra Mahkota, dan hukuman mati tidak cukup untuk menghukumku hingga aku kembali dihukum pada kehidupan ini. Apapun alasannya, aku selalu menyesali saat-saat aku tidak berusaha keras untuk membuktikan padamu bahwa aku menarik. Aku ingin meminta pada waktu supaya memberiku kesempatan sekali lagi, sehingga aku bisa berguru pada bulan agar mengajariku cara terbaik untuk mencintaimu. Tapi saat ini waktu sedang kelelahan, kita bahkan tidak bisa mengusap peluhnya dengan benar. Tahun dua ribu dua puluh tidak memberinya jeda untuk tidak merasa sakit, jadi untuk apa kutambahi lelahnya dengan ambisi bodohku?
Aku selalu menolak setiap teman-temanku bilang aku sedang jatuh cinta, sebab ini bukan cinta, ini hanya obsesi. Obsesi ini membuatku ingin bersamamu sedikit saja lebih lama, meski rasanya ratusan tahun tetap tidak cukup. Temanku yang lain bilang, mungkin sebenarnya kamu sudah memiliki pacar (atau istri, dengan anak) sehingga keputusan yang paling baik adalah dengan meninggalkanku. Kadangkala aku ingin memercayai hal itu saja, sebab kurasa, aku tidak bisa melupakanmu dengan cara biasa; maka aku harus melupakanmu dengan cara luar biasa. Jadi ini yang kupercayai: sebenarnya kamu adalah siluman ular yang sudah menikah dan punya anak, sekaligus pemimpin sekte pemuja flat-earth. Karena itu aku tidak punya lagi alasan untuk menyukaimu sebab aku terlalu logis dan saintifik. Jadi.. bagaimana? Apa kamu sudah tertarik menonton puluhan video mengenai teori flat-earth di youtube? Sepertinya memercayai teori konspirasi tersebut lebih mudah daripada menghadapiku.
Akhir kata, aku ingin meminta maaf dengan rendah hati atas segala usaha-usahaku yang semuanya bersumber dari kebodohanku. Aku ingin mengatakan saat ini aku berhasil melepaskanmu, tapi sepertinya tidak sepenuhnya. Atas segalanya, aku masih berharap di kehidupan selanjutnya aku berhasil menebus kesalahan-kesalahanku. Atau jika aku masih melakukan kebodohan yang sama, kuharap aku masih punya kesempatan memperbaikinya di kehidupan selanjutnya, kemudian di kehidupan selanjutnya lagi, lalu kehidupan selanjutnya lagi.... hingga sampai di titik aku berhasil menebus kesalahanku di masa lalu. Titik di mana aku bisa meyakinkanmu bahwa aku cukup menarik untuk membuatmu tetap tinggal. Kuharap aku dan kau tidak bosan untuk tetap melakukannya berulang kali dan punya energi yang cukup besar untuk terlahir berkali-kali. Bahkan meski kelak yang tersisa di dunia hanya tinggal kita saja, dan kita berdua nanti menjadi pengantin terakhir yang menikah di bumi... Aku harap kamu tidak keberatan mengucap sumpah dan doa-doa di hadapan semesta. Kita akan dikelilingi burung-burung yang berterbangan, pohon-pohon rindang, bunga-bunga bermekaran, lukisan taman, dan alam raya beriringan. Aku akan berada di sampingmu, menggenggam tanganmu, mendengar suara lantangmu yang mengucap sumpah...
"Saya mohon kepada semua yang hadir di sini untuk menjadi saksi bahwa pada hari ini, saya (nama kamu) mengambil (namaku) sebagai istri saya yang sah, dan saya berikrar: akan mencintai istri saya dan membuatnya bahagia, akan setia kepadanya dalam pikiran, ucapan, dan perbuatan, akan bersama-sama mendidik anak-anak dengan sebaik-baiknya, akan menjadi suami yang baik dan menghiburnya dalam kesulitan, dan akan membina keluarga yang rukun dan bahagia di waktu senang dan di waktu susah. Semoga semesta memberkati kita semua!"
Kemudian aku akan bangun dari tidurku.
Dan kembali tidur lagi sebab ternyata bunga tidurku jauh lebih indah dibanding kehidupan nyataku.